Mencari arti “HINDUN”



Selasa, 26 April 1988 atau bertepatan  dengan 10 Ramadhan 1409 H, di salah satu desa di Ciamis, Jawa Barat seorang ibu tanpa didampingi suami (karena sedang ada keperluan dan tidak berada di desa tersebut) melahirkan seorang anak dgn ditemani emak (nenek) juga dibantu Mak Tijem (almarhumah) dan pak mantri (mantri siapa ya? lupa namanya eum) alhamdulillah proses persalinan berjalan lancar. Meski sebelumnya sempat mengalami beberapa hambatan dikarenakan jarak rumah mak tijem agak jauh dan pada waktu itu memang handphone belum begitu marak digunakan seperti sekarang ini. Kelahiran tersebut terjadi sekitar pukul 21.00-22.00 WIB saat bulan sedang terang benderang. Abi-nya kemudian memberinya nama HINDUN USWATUN NISA. Begitulah kira-kira cerita dari umi tentang kelahiran saya. Masa kecil saya lalui di Tasikmalaya yang sering disebut kota tasik, yang asyik menarik meski ketenangan agak terusik karena kendaraan agak berisik.
Dulu nama hindun masih belum banyak seperti sekarang, nama hindun masih terdengar aneh. Sewaktu kecil, sepulang sekolah agama, saya sering cemberut dan mengerutkan dahi karena teman-teman mengolok-olok “hindun kan yang makan hati hamzah... ih...hindun mah jahat”. Walaupun mereka hanya becanda tapi membuat saya bingung “kenapa Abi (ayah) memberi nama hindun? Apa maksudnya? Di zaman Nabi Muhammad SAW, Hindun kan jahat” begitulah pemikiran polos saya dahulu ketika masih kekanak-kanakan  karena minim pengetahuan. Karena penasaran, saya bertanya kepada Abi dengan penuh rasa penasaran...”Abi..abi... hindun teh naon hartosna atuh? (hindun itu apa artinya?) Upami di bahasa Arab mah ‘uswatun’=contoh, ‘nisa’= wanita, hindun naon???” tanyaku penuh antusias. “ secara bahasa arab mah teu aya hartosna, tapi di zaman nabi, nami hindun teh seueur sanes hindun nu makan hati hamzah hungkul (tdk ada arti secara bahasa arab. Tapi di zaman nabi, yang namanya hindun itu banyak.. bukan hanya hindun yang makan hati hamzah saja)” jawab abi singkat. Berulang-ulang saya cari nama hindun dalam buku-buku tarikh yang ada di rumah. Dikarenakan keterbatasan ilmu (dan agak malas baca banyak buku  ^_^ ) , yang saya temukan hanya kisah Hindun binti ‘utbah yang dengan ganasnya memakan hati Hamzah dengan harapan akan mengobati hati hindun yang pedih karena dendam kehilangan beberapa keluarganya dalam perang Badar. Namun pada akhirnya hindun binti ‘utbah masuk agama islam.
Sampai usia remaja, saya masih risih dengan anggapan orang bahwa hindun adalah nama yang langka. Lalu kemudian muncul “mpok hindun” di salah satu sinetron komedi betawi. Hmmm... sedikit lega karena sepertinya nama hindun mulai tidak langka lagi. Namun sekarang saya mengerti ada cerita menarik di balik nama hindun.
Menurut kebiasaan bangsa Arab, nama Hindun bisa dipergunakan untuk laki-laki maupun perempuan. Khadijah binti khuwailid mempunyai dua orang anak bernama hindun dari dua orang suaminya yang terdahulu sebelum menikah dengan Rosululloh SAW. Dari suaminya yang terdahulu Atiq bin Aid bin Abdullah Al- Makhzumiy, Khadijah memiliki seorang anak perempuan yang diberi nama hindun. Sedangkan dari Abu Halah Zararah At-Taimy, Khadijah melahirkan seorang anak laki-laki yang juga diberi nama Hindun ( As-sirah, hal: 1/20 dan As-Samitush Tsamin. Hal: 13)
Salah satu Ummul mukminin yaitu Ummu Salamah nama aslinya adalah Hindun binti Umayyah. Ummu salamah ditinggal wafat suaminya yang bernama Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar Makhzum (Abu salamah). Abu salamah merupakan salah seorang yang pemberani dalam menghadapi musuh-musuh islam dalam peperangan. Ia wafat setelah mengalami luka-luka yang cukup parah dalam perang uhud. Rosululloh berada di sampingnya ketika menjelang ajalnya.Rosululloh pun menutup kedua matanya dengan tangan beliau kemudian bertakbir 9 kali. Seorang sahabat bertanya “Ya Rosulullaoh engkau bertakbir 9 kali,apakah bukan karena lupa?”. Beliau menjawab “Tidak, aku tidak lupa. Seumpama aku bertakbir 1000 kali baginya, itupun wajar” (Tarukh, At- Thabariy, II/177).
Hindun binti umayyah merupakan sosok yang tabah. Setelah masa iddah hindun habis, hindun binti umayyah pernah dilamar Abu Bakar dan Umar. Tetapi ia menolak dengan sopan. Tidak lama kemudian Menyusul lamaran Rosululloh SAW . Pada mulanya hindun berkeberatan dan mohon maaf dengan alasan merasa kurang pantas karena hindun merasa tidak muda lagi dan memiliki beberapa orang anak yang masih kecil. Bukankah nanti merepotkan keluarga Rosululloh SAW?. Alasan hindun kemudian dijawab oleh Rosululloh SAW : “ Kalau engkau merasa tua, maka aku lebih tua darimu. Kalau ada kecemburuan dalam hatimu semoga Alloh menghilangkannya. Anak-anakmu berada di tangan Alloh dan Rosul-Nya”. Rosul pun menikah dengan Hindun binti Umayyah. Hindun aktif dalam berdakwah dan dalam pertempuran melawan kaum kafir. Sejarah islam mencatat bahwa ummu salamah pernah mengikuti nabi ketika melaksanakan perang Khaibar juga mengikuti Haji wada’. Kecemerlangan ide-nya pun terlihat ketika membantu Rosululloh SAW. Setelah perjanjian hudaibiyah yang kurang begitu disetujui oleh para sahabat, Rosululloh SAW memerintahkan untuk memotong hewan Qurban dan mencukur rambut, namun para sahabat kurang menanggapi. Rosul kemudian masuk ke perkemahan ummu salamah dengan sedikit kesal. Ummu salamah kemudian mengusulkan agar Rosululloh SAW melakukannya terlebih dahulu tanpa banyak berkata-kata. Dan ide tersebut pun berhasil, setelah melihat Rosul melakukannya para sahabat pun secara spontan mengikuti dan mereka menyesal telah mengabaikan perintah Rosululloh SAW.. mencari arti dari “ Hindun “, kini mengerti... dulu sempat agak risih dengan nama hindun, sekarang saya bangga karena di balik nama hindun tersimpan makna dan harapan untuk senantiasa tabah, berjuang, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi agar lebih bermanfaat seperti hindun binti umayyah dan jangan sampai menjadi pendendam seperti hindun binti ‘utbah, karena nenek bilang dendam itu tidak baik lho....^_^ semua menjadi bahan renungan panjang untuk diri, betapa luar biasa Alloh menyiapkan yang terbaik untuk tiap hambaNya... sekian... mohon maaf bila ada kesalahan.. maklum yang ngetik ini masih minim ilmunya, masih harus banyak belajar...

Tidak ada komentar untuk "Mencari arti “HINDUN”"