Seberapa Pentingkah Personal Branding Bagi Seorang Penulis?
Sumber: pexels.com
Saat remaja, saya senang menulis kata-kata yang menarik, inspirasi ataupun pantun. Saat itu hanya ada keinginan untuk menantang diri sendiri, mampukah saya menulis sesuatu yang dapat membuat orang lain tersenyum saat membacanya? Perlahan saya pun mulai menuliskan kalimat yang ada dalam pikiran ke dalam postingan facebook, saat itu sama sekali masih awam menjelajah internet karena terbatasnya fasilitas.
Saya menyadari bahwa sebenarnya hal itu menunjukkan bahwa saya mulai tertarik dengan dunia tulis-menulis. Awal bergabung dengan salah satu grup menulis di facebook pada tahun 2008, saya hanya bisa terkagum-kagum melihat profil dan hasil karya beberapa penulis. Personal branding penulis tersebut dapat terlihat dari akun miliknya. Saya sendiri merasa belum bisa, bahkan hanya untuk menulis satu artikel pun rasanyamasih ragu. Namun kemudian akhir 2017 memberanikan diri mengikuti program menulis dari grup tersebut (berarti selama 9 tahun hanya mengamati ya hehe).
Kali ini yang ingin saya bahas bukan tentang perjalanan saya yang panjang berliku untuk menekuni dunia menulis, tapi tentang personal branding penulis yang membuat saya melirik dunia menulis.
Pada tahun 2015, saya memutuskan untuk menjadi reseller dan mempelajari teknik berjualan online khususnya di akun facebook, personal branding sangat diperlukan. Kita ingin dikenal sebagai apa? Dengan seringnya membahas produk yang dijual, maka lama kelamaaan kita akan dikenal sebagai penjual produk tersebut. Jika sudah seperti itu, maka pembeli akan ingat nama kita saat membutuhkan produk yang kita jual. Ini menunjukkan personal branding sudah melekat. Begitu juga dengan personal branding penulis, orang lain tidak akan banyak yang mengetahui bahwa kita seorang penulis, jika tidak mulai membangun personal branding sebagai seorang penulis.
Sebelum adanya sosial media, bagaimanakah cara untuk mengetahui seseorang adalah penulis? Mungkin dari bukunya yang terbit, tulisannya yang rutin muncul di koran atau majalah atau dari seorang teman yang bilang kalau orang itu adalah penulis. Sekarang berbeda, kita dapat menemui penulis di media-media digital dan profilnya di sosial media. Mereka memang belum menerbitkan buku (cetak) tapi rutin mengunggah tulisan yang bagus di berbagai platform.
Sebagian dapat bergabung dengan penerbit untuk mencetak tulisan-tulisan digitalnya menjadi buku, bahkan hingga diundang rumah produksi untuk mengadaptasi tulisannya ke film layar lebar. Kini dunia digital dapat menjadi panggung bagi semua orang (termasuk panggung sandiwara..eh). Semua pihak dapat menyoroti panggung bebas ini. Televisi dan radio kini memperoleh sebagian beritanya dari internet. Penulis baru pun bebas menuangkan ide hingga dapat bertemu dengan pihak penerbit buku.
Sumber: pexels.com
Mengenal Personal Branding
Apa itu personal branding? Singkatnya begini. Saat kamu membaca atau mendengar nama Aa Gym apa yang terbayang? Apakah sama dengan Ahmad Dani? Dengan mudah kita akan mengingat perbedaan keduanya. Aa Gym dikenal publik sebagai ulama kondang, sedangkan Ahmad Dani sebagai seorang musisi. Masing-masing memiliki branding yang kuat. Personal branding dapat diartikan sebagai praktik yang dilakukan seseorang untuk memasarkan dirinya sendiri serta karirnya sebagai merk. Nah yang perlu ditelusuri saat membangun personal branding penulis sama seperti saat kita menciptakan merk apapun, yakni bagaimana caranya agar merk kamu (sebagai penulis) dikenal publik?
Membangun Merk Penulis
Untuk meningkatkan keterlihatan (visibilitas) kamu di publik sebagai seorang penulis, kamu perlu lebih sering mengenalkan merk diri. Bangun interaksi dengan lebih banyak orang, nantinya akan lebih memudahkan saat launching atau penjualan buku karena personal branding penulis sudah kuat. Tentu saja, meningkatkan penjualan bukanlah satu-satunya tujuan akhir.
Dengan memiliki personal branding yang kuat dan melekat, seorang penulis dapat menjadi top of mind di publik. Dampaknya ketika publik membayangkan sebuah topik dan mencari sosok penulis yang sesuai, maka yang terlintas di kepala adalah penulis bersangkutan. Contohnya personal branding Raditya Dika tentunya berbeda dengan Asma Nadia. Keduanya merupakan penulis handal tapi genre yang berbeda.
Sumber: pexels.com
Membangun interaksi penulis tidak selalu ujung-ujungnya buat meningkatkan sales buku. Tujuan yang lebih memuaskan adalah tersampainya pesan penulis ke pembaca. Pelajari tiap tipe sosial media untuk membangun lebih banyak interaksi di internet. Kenali kanal sosial media yang digunakan dan punya kemampuan untuk mengelolanya. Jadi tidak hanya mengunggah konten atau tulisan, tapi juga menjaga keberlangsungan interaksi yang dibangun.
Melalui personal branding penulis akan terbentuk cara publik melihat dirimu dan memperoleh keuntungan darinya. Personal branding bukan seperti pencitraan dalam konotasi yang negatif yang sengaja dibuat. melainkan sebuah kerja yang dilakukan secara jujur dan sepenuh hati. Bukan kepura-puraan.
Jadi jika ingin dikenal sebagai penulis, jangan berakting menjadi penulis. Sesering apapun kamu menyebut dirimu sendiri sebagai penulis di depan followers, semua takkan banyak berguna jika kamu tidak menulis sesuatu yang kuat. Merk bisa saja dibangun secanggih mungkin dan lengkap. Namun, kepercayaan harus tetap dijaga melalui interaksi. Tetap menjadi diri sendiri dan kembangkan potensi yang dimiliki.
Tulisan ini diikutsertakan dalam one day one post bersama estrilook community
Jangan berakting, betul sekali. Tanpa kita perkenalkan diri sebagai penulis, kalau fb isinya tulisan dan buku terbit, semua orang akan tahu dengan sendirinya, ya, Bun. Tapi, jadi populer itu nggak enak kwkwk *apa sih :D
BalasHapusCurhat mah ups :D brandingnya kenceng tanpa dijelaskan jg terkenal ya he
HapusAmpun Kakak, saya gak berakting dan tidak berpura-pura untuk jadi penulis. Saya pengen banget jadi penulis tapi penulis yang misterius. Hehehe
BalasHapusCocoknya cerpen misteri berarti bun :D
HapusBranding saya dari dulu masih kacau balau kayaknya wkwkwkwk
BalasHapusAyoo, bangun brandin di tahun ini
Yups, saya pun belum total nih
HapusSepakat Mbak, mesti membangun personal branding.Saya pernah ikut kelas tentang ini dan kesimpulannya medsos saya masih gado-gado hehehe.. belum dimanfaatkan dengan baik untuk membangun branding
BalasHapusSama bun, tapi berusaha apa adanya saja he
Hapussetuju bun, jangan akting apalagi drama wkwkw
BalasHapuscukup buktikan dengan karya
Betul bangggeeeet he
HapusSaya belum bisa menemukan personal branding saya.. perlu terus belajar ini
BalasHapusBerproses ya mbak... Saya pun begitu he
HapusAh jleb sekali reminder nya mba, jangan pencitraan dan mengaku sebagai penulis tapi tidak menulis bahkan menyediakan konten yang bermanfaaf ke publik.
BalasHapusSedang musim ya pencitraan, betul sekali kita memang harus berusaha memberikan konten yang bermanfaat
HapusWah keren Mbak tulisannya. Bahan introspeksi diri juga nih, sudah layak disebut penulis ato belum, ya
BalasHapusMasih berusaha ya mbak he... Kadang timbul rasa tidak percaya diri,,, tapi semangat harus tetap dipacu
Hapuslagi dalam proses. tp kok yooo gak mudah yaaa.. heheh
BalasHapusBegitulah mbak he
HapusMasih terus saya lakukan, nih. Tapi saya memilih yang alami aja, sih. Sambil menikmati prosesnya :) Juga belajar dari penulis2 lain tentang percaya diri tapi sesuai porsi
BalasHapusBetul bun mengukur kemampuan diri ya,
HapusDulu yaa.. Saya suka malu2 share tulisan saya di medsos. Lama2 malu2in. Bodo amat dah share aja semuanya. Wkwkwk..
BalasHapusNamanya juga penulis. Kalau nggak dishare sapa juga yang mau baca. Baru ngeh kemudiam kalau ini masuk ke personal branding.
Malu2in karena kebanyakan share ya mbak heuheu sama
HapusMasya Allah..benar ya mb..
BalasHapusPersonal branding itu penting buat kita..Lagi mau proses rutin menulis status di medsos tapi masih aja kendala..
Sip infonya ini mb Hindun.
Kadang ada rasa kagok ya bun he tapi diniatkan swmoga tulisan kita bermanfaat
HapusPingin sih punya personal branding bund, tapi tulisanku belum mantap, semoga ketika sering diasah dan dipublikasikan maka orang dengan sendirinya akan kenal...*eh
BalasHapusSemangat bun, bisa karena biasa... Lama2 kita pub pede he
Hapus