Najwa Shihab : Hidup yang Tidak Dipertaruhkan, Tidak Akan Dimenangkan
Foto: Wikipedia
Dunia pertelevisian tanah air tidak asing lagi dengan sosok yang satu ini. Kritis, tajam dengan bahasa yang tepat dan dapat mewakili pertanyaan masyarakat, itulah kesan dari seorang Najwa Shihab. Ia mampu menunjukkan kepiawaiannya tanpa bergantung pada nama besar sang ayah, Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.
“Sudah 20
tahun saya bergelut di bidang ini, dan sebetulnya awal karir saya karena kecelakaan”,
begitulah kalimat yang disampaikan salah seorang jurnalis sekaligus motivator
cantik, Najwa Shihab. Najwa Shihab merupakan jurnalis yang aktif menyeruakkan
isu-isu ramai yang sangat sensitif dengan hak dan kewajiban antara warga dan
aparat negara.
Acaranya
yang dapat membuka opini dan membuka sedikit demi sedikit fakta
tersembunyi dengan narasi yang terus menerus mengajak masyarakat berpikir
kritis dan realistis. Namun siapa sangka, bahwa menjadi seorang jurnalis
bukanlah cita-cita seorang Najwa. Ia bersekolah di UI dan mengambil jurusan
hukum, mengikuti apa yang sempat menjadi impiannya yaitu hakim, jaksa atau
paling tidak pengacara.
Menjumpai
masa-masa magang, Najwa Shihab mulai merubah rencana hidupnya dan mulai
menjalani yang bukan bagian dari impiannya sejak awal, menjadi jurnalistik. Disitulah,
awal karir yang menjadi pilihan hidup baginya. Rasa ragu, takut, nervous dan
tidak percaya diri merupakan suatu hal yang wajar. Dia harus berjumpa
dengan hal baru dalam hidupnya.
Baca juga: 3 Inspirasi Wirausaha Muda Muslim Indonesia
Bahkan,
presenter ternama Indonesia ini sempat merasakan titik terendah dalam karirnya,
ketika dia tidak yakin serta merasa bahwa investasi waktu dan tenaga akan
menjadi sia-sia apabila memulai sesuatu hal yang baru. Hal ini dialaminya pada
saat awal karir Mata Najwa mulai mengudara.
Namun
seiring dengan berjalannya waktu, semuanya dapat berjalan dengan sendirinya
tanpa ketakutan sebesar saat di awal. Dan dia berkata, kuncinya adalah riset
untuk menghasilkan persiapan yang maksimal. Semakin kita siap, maka semakin
besar rasa percaya diri yang tertanam. Pun sekali
lagi, Najwa Shihab bukan tidak pernah merasakan bagaimana dunia dan hidupnya
hancur. Kematian anak perempuannya setelah 4 jam dilahirkan, menjadi titik
paling berat sepanjang hidupnya.
Jika
bukan karena dorongan orangtuanya, hidupnya tidak akan sekuat ini. Abi Quraisy
mendorongnya untuk ikhlas dan tawakal. Yakni mewakilkan segala urusan kepada
Allah SWT setelah usaha maksimal yang dilakukan. Di situlah perjuangan paling
keras dalam hidup yang menyambutnya setiap hari untuk tetap ikhlas dan tawakal.
Untuk
keluar dari zona nyaman, tidak ada pilihan untuk tidak berubah karena yang
membuat kita menetap adalah perubahan itu sendiri, begitulah yang ia tuturkan.
“Saya ingat
yang dikatakan Benjamin Franklin,
Jika kita berhenti berubah maka kita akan selesai, kita akan ditinggalkan”.
“Ada
pepatah mengatakan, hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan dimenangkan. Dan
untuk memulai hal yang baru, haruslah berani mempertaruhkan apa yang dipunya”.
Maka dari
itu, dalam bagian dari hidup, kita harus berani untuk memulai hal baru meskipun
ada risiko yang harus diambil, namun hal itu harus dan layak untuk dilakukan.
Berani untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi, akan menjadi penentu yang
baik bagi kehidupan kedepannya.
Jika ragu dan malah takut dengan risiko sebelum menjalaninya maka kita tidak akan pernah tahu hal yang tepat untuk kita. Jangan kalah sebelum berjuang, jangan mundur sebelum mencoba melangkah!.
Tidak ada komentar untuk "Najwa Shihab : Hidup yang Tidak Dipertaruhkan, Tidak Akan Dimenangkan"
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung ke blog ini,,, Silakan post komentar Anda